Malam itu udara begitu dingin sehingga
menusuk sampai ketulang, aku yang berjalan sendiri tak sanggup untuk menahan
air mataku untuk turun dengan derasnya. Ingin rasanya aku berteriak sekuat
mungkin, untuk meluapkan seluruh rasa yang ada saat ini. Sungguh aku kecewa,
marah dan membenci keadaan ini, aku menyesal telah ada disini. Bagaimana tidak,
aku datang kesini hanya untuk dia, dia yang telah ku anggap sebagai cinta
pertama dan terakhirku telah mengkhianati kesetiaan ku selama ini. Tak
pernahkah dia menghargai bagaimana aku berusaha untuk tetap mencintainya selama
ini.. hancur rasanya aku.
Aku telah berusaha untuk memberikan yang
terbaik kepadanya, di hari ulang tahunnya yang ke 23, aku datang kesini untuk
memberikan surprise. Tapi begitu aku datang, aku melihat sebuah kenyataan yang
tak ku bayangkan sebelumnya. Hari ini dengan mata kepalaku sendiri kulihat dia
bermesraan dengan seorang wanita yang tak kukenali. Mereka berpelukan dan
beberapa kali kulihat Andy, pacarku menciumnya. Aku melihatnya sendiri begitu
sampai dirumah Andy. Lama ku pandangi sambil terdiam. Sebuah hadiah ulang tahun
dan kue tart yang ku pegang, tak sengaja terlepas olehku..
“Braaakkkk....”
aku terkejut sendiri mendengarnyaa. Kulihat Andy dan wanita itu langsung
memandang kearah pintu.
“Angie...???”
ku lihat Andy menyebut namaku dengan kaget.
“aku
perlu bicara sama kamu sebentar..” kataku sambil tetap berdiri didepan pintu.
“itu
siapa sayangg..” perempuan itu bertanya..
Apaa??
Sayangg?? Sakit hatiku mendengarnya. “aku pacarnyaa..” jawabku
“ohh,
kamu mantan pacarnya, Kamu kan sudah putus sama Andy..” katanya sambil
menggandeng tangan Andy
“kamu
tunggu sebentar disini.. pleasee..” Andy memohon kepada perempuan itu.
“gak.
Kamu mau kmana??” perempuan itu membentak..
Aku
semakin sakit hati melihatnya..
“okee,
aku Cuma mau bilang sama kamu” kataku sambil ku tunjuk perempuan itu.
“
kalo aku belum putus sama Andy. Ini buktinyaa,”sambil tunjukkan cincin yang ada
dijari manisku.
Kulihat
Andy, tertunduk diam..
“tapi
sekarang gak usah khawatir, karna aku akan membatalkan pertunangan yang pernah
terjadi.." lalu ku berikan cincin tunangan itu kepada Andy..
Kulihat
perempuan itu langsung terdiam dan pergi keluar saat aku memberikan cincin itu
kepada Andy.
"kamu
harus dengar dulu penjelasan dari aku.."Andy memohon padaku.
"aku
gak butuh penjelasan dari kamu sedikit pun, aku benci kamu.." kataku
"Angie,
pleasee.. " katanya masih memohon.
"aku
sudah liat semuanya, gak usah lagi dijelasin aku udah ngerti. Kita putus ! Kamu
jangan ganggu aku lagi"teriak ku
Lalu
aku bergegas pergi.
"bagaimana
dengan keluarga kita. Mama, papa aku" katanya
Langkahku
terhenti sejenak.
"aku
akan bilang semua ini ke orang tua ku,.." kataku sambil beranjak pergi..
Saat
itu aku berlari sekuat mungkin sambil menangis. Ku lihat Andy mengejarku namun
tak kuhiraukan dia. Andy tetap berusaha untuk membuat ku tidak pergi, namun aku
bersikeras untuk pergi.
*******
Sekarang ku lihat dia tak mengejarku
lagi. Aku langsung nenumpangi taksi yang kebetulan lewat. Saat ditaksi itu ku
lihat jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku teringat, kalau aku
harus pulang malam ini, karena aku tak tau harus menginap dimana. Aku harus ke
stasiun sebelum kereta terakhir berangkat. Namun ternyata sial, tiba - tiba
taksi yang ku tumpangi itu mogok.
"kenapa
pak??" tanyaku
“Ada
masalah dengan mesinnya .." katanya
"memperbaikinya
lama gak pak" tanyaku lagi.
"kemungkinan
lama, soalnya saya mau lagi minta bantuan dengan teman saya. Dia akan datang
sekitar 30 menit lagi" jelasnya padaku.
"apaaa???
" kataku keheranan.
"iya,
kamu tunggu saja di dalam. Sepertinya akan turun hujan" kata supir itu.
"kalo
dari sini ke stasiun terdekat berapa lama waktunya, jauh gak??" tanyaku.
Ku putuskan untuk berjalan kaki untuk sampai ke stasiun.
"sekitar
10 menit kalo jalan kaki, tapi sebaiknya jangan soalnya ini sudah malam"
jawab supir itu.
"aku
harus segera kestasiun, sebelum kereta terakhir berangkat. Makasih pak, sudah
antar saya" kataku sambil ku berikan beberapa puluh ribu uang, dan aku
pergi.
Aku berjalan cepat, untuk sampai di
Stasiun terdekat. Jalanan terlihat sepi,
kulirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8:30 berarti aku punya waktu 30
menit sebelum kereta terakhir berangkat. Hari sudah mulai gerimis dan udara
malam itu yang terlalu dingin rasanya membuat
nafasku sesak, tapi aku tetap berusaha untuk kuat. Kucari jaketku
didalam tas, siaal ternyata tertinggal di rumah Andy.
Setelah agak jauh berjalan kulihat ada 2
orang laki - laki di belakangku. Rasanya sedikit lega, karena aku tidak
sendiri, sepertinya mereka sudah mendekat kearahku. Namun aku tetap berjalan
cepat untuk segera sampai ke stasiun lagi pula rintik hujan belum juga reda.
Dan tiba - tiba secara tak terduga seseorang memegang bahu kananku.
"kamu
sendirian??" tnya seorang lelaki.
Langsung
saja aku menoleh kearahnya. Kulihat tingkah laku mereka seperti orang mabuk,
mereka berjalan sempoyangan.
"ehh,
iya.." jawabku.
"mau
kemana??" tnya lelaki yang satunya lagi.
"akuu,
mauu...." belum selesai aku menjawab, lelaki itu menatapku sambil berkata
"sebaiknya kamu ikut kami saja malam ini. "
"ohh,
gak usah makasih aku sebentar lagi sampai koq" kataku.
Rasanya
aku semakin takut. Apalagi mereka berdua selalu menatapku liar. Lalu aku
bergegas untuk menjauh dari mereka berdua.
"maaf
aku duluan.." kataku..
Aku berjalan lebih cepat, namun saat aku
berjalan tiba- tiba tas selempangan yang kupakai ditarik oleh seseorang.
"kalau
begitu berikan tasmu padaku.." kata seorang lelaki.
"jangan,
aku gak punya apa -apa." langsung kutarik tasku dan ku pegang lebih erat.
Aku
terus berjalan dengan cepat, namun saat aku berjalan tiba – tiba seorang lelaki
diantara mereka menarik tanganku.
“ikut kami dan berikan uangmu ..” katanya.
seketika aku gemetar ketakutan, “tidakk...” jawabku.
“ikut kami dan berikan uangmu ..” katanya.
seketika aku gemetar ketakutan, “tidakk...” jawabku.
Aku
memegang erat tasku..
“kamu
yakin tidak..” tanya lelaki yang satunya sambil mendekat kearahku dan tiba –
tiba mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya. Di ayunkannya kearah arahku..
“jangan
sakiti aku..” jawabku semakin gemetar, keringatku mulai bercucuran karena aku
ketakutan.
“ayolah,
ikut dengan kami. Kita akan bersenang – senang malam ini “ kata lelaki yang
menarik tanganku tadi.
Aku
menggeleng “tidakk...” jawabku lagi.
Mereka memandangiku dalam. Aku terdiam
membeku dihadapan mereka. tapi fikiranku berputar, mencari cara bagaimana aku
bisa lari dari dua lelaki ini. Lalu terfikir suatu cara dibenakku. Kuinjak kan
kaki lelaki yang memegang tanganku tadi dengan keras. Tanganku terlepas
olehnya, aku pun berteriakk “tolooongg..”
Aku berlari ketengah jalan raya. Namun belum
sempat aku jauh, lelaki yang memegang pisau tadi mencengkram bahuku, langkahku
terhenti.
“kau
keras kepala yaa..” kata lelaki yang memegang pisau tadi.
Didekatinya
aku, dibelainya wajahku, aku membuang muka dari tatapan nya.
“kau
ingin pisau ini melukaimu??”tanyanya.
Aku
menggeleng, “ambil lah uangku, tapi jangan sentuh aku..” jawabku
“aku
sekarang sudah sangat menginginkanmu,..”kata lelaki itu sambil tersenyum.
Lelaki
yang ku injak kakinya tadi merangkulku.
“ayolah,
hanya malam ini saja..” katanya
“lepasss..
tolongg..!!!! “teriaakku. Namun karena jalanan yang sepi tak seorangpun
mendengarkanku.
Aku
terus memberontak, aku berusaha melepaskan rangkulan tangan lelaki itu dari
tubuhku..
“lepass..”
teriakku lagi
Namun saat aku berteriak dan memberontak,
tiba – tiba aku merasakan sesuatu menusuk dipinggangku. Kulihat ekspresi dari
lelaki yang memegang pisau tadi berubah. Pisau yang dipegangnya tadi sudah
berlumuran darah. Lelaki yang merangkulku tadi langsung melepaskanku. Aku
menuduk melihat diriku sendiri. Bercak darah keluar dari pakaianku. Kupegangi
pinggangku, bajuku sudah basah. Bau darah langsung menusuk hidungku. Ya tuhan,
pisau itu melukaiku..
Lalu kupandangi kedua laki – laki itu,
mereka langsung berlari meninggalkanku. Tubuhku semakin lemah, kepalaku mulai
pusing. Mataku berkunang – kunang. Namun aku berusaha untuk kuat. Aku harus
segera sampai kestasiun, aku harus pulang, fikirku.
Saat
berusaha untuk menyeimbangkan tubuhku, agar aku bisa kuat. Namun sangat sulit
rasanya. Tiba – tiba dari depanku, sebuah mobil melaju dengan kencang. Aku
terkejut dan terdiam kaku ditengah jalan. Mobil itu berdencit mengerem
mendadak. Hanya berjarak beberapa centimeter dari kakiku..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar