Senin, 26 November 2012

My Love Story Part 3



**********

Hari sudah beranjak siang saat Mark kembali kerumah sakit dan tak lama dari kedatangan Mark, dokter datang melepaskan semua peralatan kedokteran yang ada di tubuhku. Aku sudah diperbolehkan pulang, semua administrasi rumah sakit sudah selesai dan obatnya juga sudah diberikan kepada ku. Saat akan turun dari tempat tidur dan berjalan keluar dari rumah sakit, aku masih merasa pusing. Penglihatanku masih terasa berkunang-kunang. Namun aku berusaha untuk kuat, aku harus pulang. Mark yang dari tadi memperhatikanku langsung menolong, diambilkannya kursi roda agar aku tidak berjalan hingga ke parkiran. 

Saat keluar dari kamarku dia bertanya “kamu masih pusing, Ngie??”
“ehh, tidak. Aku baik-baik saja” jawabku, padahal rasanya kepalaku sedikit pusing.
“ooh..” jawabnya pendek.
Sesampainya diparkiran, aku langsung berusaha untuk berdiri saat Mark membuka pintu mobilnya.
“kamu bisa Ngie?? Aku bantu yaa..” katanya
“aku bisa..” jawabku.

Lalu aku berdiri pelan-pelan. Terasa nyeri dipinggangku saat berdiri. Aku sedikit meringis. Dan Mark langsung membantuku berdiri, dilingkarkan tangannya dibahuku sambil memegang lenganku. Pelan –pelannya aku berdiri, dan duduk dikursi depan mobilnya.
“makasih yaa..” katanya
Mark mengangguk dan langsung menutup pintu mobilnya. Setelah itu dia duduk disampingku. Dan mulai mengendarai mobilnya.
"Mark, antar aku kestasiun saja, biar nanti aku pulang sendiri.." kataku.
"kamu mau pulang ke Dublin kan??" tanyanya.
Aku mengangguk..
"aku juga pulang ke Dublin. Kita bisa pulang bersama. Lagi pula kamu kan masih sakit." Katanya.
" aku bisa sendiri kok.." kataku
"ayolah, Angie. Tidak salahkan kalau sekalian.." katanya sambil terus menyetir.
"tapii, aku bisa sendiri.." jawabku.
"aku sudah janji dengan dokter Alice kalau kamu akan baik-baik saja sampai di Dublin.."katanya.

Aku menghela nafas panjang. Lama-lama aku mulai kesal dengan sikap Mark yang mulai mengaturku.
"aku butuh sendiri Mark..”jawabku.
“tapi kesehatan kamu juga penting Angie..” katanya.
“kamu siapa?? mengapa mengaturku?? " bentakku.
Seketika Mark melihat ke arahku, menatapku dan tak lama kemudian kembali fokus menyetir.
"baiklah kalau itu yang kamu mau.." katanya pelan.

Mark mempercepat laju kendaraan. Kami saling diam satu sama lain. Ku lihat dari ujung mataku Mark terlihat kesal. Aku jadi merasa bersalah karena tadi membentakknya. Tapi saat ini aku benar-benar butuh sendiri. Aku ingin menenangkan diri dan hatiku.
Tak lama kemudian, kami sudah sampai di halaman parkir stasiun.
"sudah sampai..” katanya.
"Makasihh.." kataku sambil membuka pintu mobilnya.
Dan dengan buru-buru dia keluar dari mobil. Dia langsung membukakan pintu mobilnya untukku.
"sini aku bantu.." katanya sambil menjulurkan tangannya.
" aku bisa sendiri.." jawabku.

Lalu aku berdiri untuk keluar mobil. Mark langsung menarik tangannya dan segera menyingkir dari depanku. Dia hanya diam memperhatikanku.
Aku bisa berdiri, namun setelah berdiri masih saja penglihatanku berkunang-kunang, kepalaku juga sedikit pusing. Hampir saja aku terjatuh, untung Mark yang berdiri disampingku langsung menangkap tubuhku. Tangan kanannya langsung memeluk tubuhku dan tangan kirinya memegang tanganku. Wajah kami berdekatan, hanya berjarak beberapa centimeter. Tak sengaja kami saling menatap, lama tak berpaling. Tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang, rasa dingin langsung memburu ketubuhku sampai keujung kaki.

Suara deruman mobil yang datang, membuat kami tersadar. Aku langsung memalingkan wajahku, aku tau wajahku pasti sudah memerah karena malu. Begitupun Mark, dia seperti salah tingkah..
"sorry.." katanya.
"sorry juga,.." kataku sambil berusaha segera berdiri. Dan mark memegangi bahuku. Memastikan kalau aku benar-benar berdiri seimbang.

*********

Lalu aku berjalan memasuk kedalam stasiun itu dengan dibantu Mark. Tangannya masih melingkar dibahuku.
" aku antar sampai ke dalam yaa. Aku takut kamu jatuh lagi" katanya.
Aku mengangguk. Dan saat kami sedang berjalan, dari arah berlawanan datang seseorang yang sepertinya kukenali. Semakin mendekat, dan ternyata itu Andy.
"Angie..." panggilnya kaget dan langsung melihat ke arah Mark yang merangkulku.

Tak ku hiraukan dia, aku terus berjalan. Kulirik Mark, dia terlihat agak bingung.
"Angie, aku fikir kamu sudah pulang tapi ternyata kamu masih disini. Semalam aku mencarimu, aku telpon kak Nicky  tapi nomornya tidak aktif. Aku khawatir denganmu.." katanya.
"sejak kapan kamu peduli denganku???" tanyaku kesal.
"aku bisa jelaskan semuanya sayang. Beri aku waktu, aku akan menjelaskan semuanya." katanya lagi
"tidak usah, aku tidak punya waktu.." kataku.
"Angie, beri aku satu kesempatan lagi. Pleasee.." katanya memohon.
"tidak..." bentakku sambil menggeleng.
“Angie.. pleasee..”dia memohon lagi.
“sudah jelas semuanya,. Cukup jelas..” bentakku lagi.
"ohh aku tau, kamu juga selingkuhkan??.." katanya dengan suara keras. Membuat langkahku terhenti.
"kamu siapa aku?? Kita sudah putus. Dan jangan pernah sembarangan bicara.." kataku
"itu buktinya.." katanya dia menunjuk Mark yang ada disebelahku.

Mark mengerutkan dahinya. Aku yakin dia pasti bingung.
"aku tidak selingkuh, kamu yang selingkuh. Wanita itu... “ jawabku lebih keras dari suaranya.
“iya, memang dia pacarku. Itu kulakukan karena aku bosan denganmu..” katanya
Sangat sakit kudengar kata-kata itu.
“kenapa tidak kau putuskan saja aku dari dulu?? “ tanyaku

Dia terdiam mendengar ucapanku.
“aku menyesal telah mengenalmu. Aku sangat membencimu. Susah payah aku kesini, tapi apa??. Kamu buat aku kecewa,.” Mataku langsung memanas dan tak kusadari air mataku langsung meleleh membasahi pipiku.
“kamu juga tidak tau kan apa yang sudah terjadi denganku tadi malam??  Aku kesini untuk kamu,tapi kamu buat aku kecewa. Kalau kamu sudah bosan denganku, putuskan aku. Batalkan pertunangan kita. Jangan kau buat aku seperti ini..." kataku sambil berjalan meninggalkan dia. Mark masih membantuku.
"kamu kenapa??" kata Andy sambil menarik tangan kiriku. Spontan aku menjerit..
"aduhh, "aku mengeluh.

Mark tiba - tiba menahan tangan Andy untuk tidak menarik tanganku.
"tolong, hati - hati,..” belum selesai Mark berbicara, dilepaskannya tangannya yang menarikku tadi. Lalu kerah jaket Mark langsung ditarik Andy. Sedang kan aku meringis kesakitan.
"kamu tidak usah ikut campur. Kalau kamu bukan siapa-siapa Angie. Atau kamu siapa??" bentaknya sambil melepaskannya.
"aku memang bukan siapa-siapanya Angie tapi kamu tidak seharusnya seperti itu. Kamu tidak tau kan, apa yg terjadi semalam.." jawab Mark
"apa ?? Kamu lama-lama sok tau yaa.." katanya lalu memukul wajah Mark. Pukulan Andy tepat mengenai sudut bibir Mark.
Mark sudah siap membalas pukulan Andy, tapi aku langsung berteriak.
"stop.. Stopp..." Mark tidak jadi memukul Andy dan melepaskan pegangannya.
"Andy, aku hampir mati semalam." kataku sambil menangis.
"aku tidak tau sayang.." katanya sambil mendekat kearahku dan mencoba membelai rambutku.
"jangan panggil aku sayang, kita sudah putus dari semalam. Dan jangan sentuh aku..” jawabku.
“Aku akan batalkan pertunangan kita secepatnya. Sekarang kamu pergi, atau aku panggil satpam disini." bentakku sambil menangis.
"Angie.. Please.."katanya masih memohon lagi.
"pergi kamu!!!." Teriakku lagi.

Lalu aku menarik tangan Mark untuk pergi dari sana. Kulihat Andy langsung pergi naik motornyaa dengan ngebut.
"Mark, maafkan aku. Kamu dipukul Andy tadi.." kataku sambil nangis.
"sudah, aku tidak apa-apa” sambil memegang bibirnya yang tadi dipukul Andy.
 “Ngie, kamu pucat. Kita cari minum yaa." Katanya lagi.
Aku mengangguk, tiba-tiba terasa nyeri dipinggangku. Tanpa sadar aku mengaduh “aduhh” sambil memegangi pinggangku.
“kamu kenapa?? Luka dipinggang kamu sakit??” tanyanya.
Aku mengangguk.
“kita kedalam dulu yaa, disini ada poliklinik. Kita istirahat dan obati kamu dulu..” katanya

Karena rasanya semakin sakit. Akupun menuruti permintaan Mark. Lalu kami berjalan kearah poliklinik stasiun. Saat akan ke poliklinik stasiun Mark bicara padaku.
"sebaiknya kita pulang naik mobil saja yaa?? " ajaknya.
“tidak Mark. setelah dari klinik, aku akan menunggu kereta yang akan berangkat ke Dublin “ Jawabku
"ayolah Angie,lagi pula  wajahmu pucat begitu.." katanya lagi
Aku masih terdiam.
“Ngiee...” panggilnya lagi.
Aku berfikir sejenak, dan akhirnya ku turuti dia.
"baiklah,.." kataku.

*******

Kami sudah sampai di poliklinik yang ada distasiun itu.Disana ada seorang seorang suster yang sedang bertugas. Saat itu Mark langsung menjelaskan keadaanku pada suster itu, dan dia pun langsung mengobati lukaku. Sedangkan Mark pamit keluar.
Aku terbaring ditempat tidur poliklinik itu.
"tunggu disini sebentar ya, akan ku ambilkan perban untuk mu didalam. " kata suster itu.
“iya suster..’ jawabku

Saat aku sedang menunggu suster itu Mark kembali lagi dengan membawakanku air minum.
“ ini untukmu, minumlah, supaya sedikit tenang..” katanya sambil memberi ku air minum.
Perlahan aku duduk dan meminumnya.
“makasih yaa..” kataku.
Saat sedang minum kuperhatikan ujung bibir Mark yang sedikit memar, itu akibat dipukul Andy tadi.
“Mark, bibir kamu berdarah.” Kataku sambil menyentuh wajahnya.
Saat kusentuh, sepertinya dia meringis menahan sakit.
“tidak apa-apa, luka sedikit..” jawabnya.

            Saat itu, suster yang tadi mengambilkan perban untukku sudah kembali, aku langsung berbaring lagi. Di gantinya perban yang ada dilukaku. Dan tak lama kemudian selesai.
“suster, boleh aku minta air dingin?? “ tanyaku.
“iya boleh, untuk apa??” tanyanya
Aku menunjuk ke arah Mark.
“wajahnya memar, aku takut nanti membengkak..” jawabku

Lalu suster itu mengambilkan air dingin untuk Mark, dan tak lama kemudian kembali sambil membawakan semangkuk air dingin.
“akan kuambilkan obat untuknya..” kata suster itu sambil membuka tempat obat yang ada dilemari disudut ruangan. Sedangkan aku duduk kembali, Mark duduk disampingku.
“aku kompres yaa lukanya, supaya cepat sembuh  ”kataku
“tidak usah, ini akan sembuh nanti.” katanya.
“Mark...” panggilku sambil menatapnya. 

Mark langsung mendekat dan ku ambil mangkuk air yang berisi air dingin didekatku dan langsung mengompres lukanya.
Saat sedang ku kompres, wajah Mark seperti meringis kesakitan.
"sakit yaa?? “ tanyaku.
"sedikitt.." katanya sambil senyum.
Lalu suster tadi datang membawakan obat untuk Mark, dan langsung memberikannya pada Mark.  Setelah selesai kami keluar dari poliklinik itu, dan langsung pulang.

*******

Di mobil Mark menyetir mobilnya dengan santai. Saat itu aku langsung terfikir untuk meminta maaf padanya karena aku tadi sudah membentaknya dan dia juga sudah dipukul oleh Andy. Aku merasa sangat bersalah padanya.

"Mark, maafkan yaa..." kataku pelan.
"untuk apa??" tanya.
"untuk  semuanya, tadi sikapku kasar, aku marah-marah padamu. Kamu juga dipukul Andy, aku merasa sangat bersalah.." jawabku.
"sudahlah tidak apa-apa, Aku tau kamu lagi punya masalah kan??" tanyanya.
Aku mengangguk, mataku mulai merah dan berkaca-kaca.
"ya sudah tenangkan dirimu dulu, kalau kamu mau tidur juga tidak apa-apa.." katanya.
"iya.." jawabku  sambil mengangguk.
"ohh, iya. Rumah kamu dimana?? " tanyanya lagi.
"Artane Road Blok 9.A nomor 25.." jawabku.
Mark mengangguk mengerti.

Lalu aku memejamkan mataku. Aku memikirkan semua yang terjadi padaku, semuanya karena Andy. Dia telah membuatku seperti ini, sungguh sakit rasanya saat ku ingat kata-katanya tadi.  Dan tak sengaja air mataku mengalir membasahi pipiku.
Mark memanggilku.
"angie, kamu kenapa??" tanyanya. Sambil menyentuh bahuku.

Kubukakan mataku.
"tidak apa-apa..." kataku. Sambil menyeka air mataku.
Mark menatapku dalam. Lalu kembali aku memejamkan mataku. Aku benar - benar tertidur kali ini, dan terbangun saat Mark yang membangunkan ku.
"Angie, sepertinya kita sudah sampai.." katanya sambil menepuk-nepuk bahuku.
Aku terbangun, dan melihat keluar mobil. Kaca mobilnya sudah dibukakan Mark. Butuh sedikit waktu untuk aku benar-benar mengamatinya.
"iya, Mark,. Ini rumahku.."kataku.

*******

Minggu, 25 November 2012

My Love Story Part 2



Aku bernafas lega karena tidak tertabrak. Ku pandangi mobil itu, seorang lelaki keluar dari dalam. Dan dipandanginya aku sesaat.
"kamu gak papa..?? Dia menghampiriku.
"aku gak........." rasanya tubuhku lemah sekali, tak kusadari aku terjatuh. Untung dengan sigap lelaki itu menangkap tubuhku..
"merekaa..,"  aku mengerang.
Dan tiba-tiba pandanganku kabur,  aku  tak sadarkan diri. Aku tak tau lagi apa yang aku terjadi dengan ku.

Awalnya aku tak merasakan apa-apa didalam ketidaksadaranku, ntah berapa lama aku tak sadarkan diri. Namun sekarang aku baru bisa merasakan orang-orang yang beraktivitas didekatku. Terasa juga ada sesuatu yang dingin masuk kedalam hidungku dan rasa pegal di tangan kananku. Sakit rasanya. Namun masih sulit untuk ku bukakan mataku. Ku dengar beberapa orang sedang membicarakanku.
“siapa namanya...??”tanya seorang perempuan.
“aku tidak tau, aku tadi hampir menabraknya. Kulihat  dia sudah berdarah. Badannya pucat dan lemah. Aku rasa dia hampir dibunuh, karena saat aku datang dia seperti menunjuk seseorang. Tapi disana sudah tidak ada orang lagi.“jelas lelaki itu.
“apakah dia memiliki kartu identitas?? mungkin didalam tasnya.” Kata perempuan itu lagi.
“baiklah, akan kulihat nanti. bagaimana keadaannya?? ”tnya lelaki itu.
“keadaannya akan segera membaik, hanya butuh istirahat yang cukup..” kata perempuan itu
“ohh. Iya aku sudah menemukan kartu identitasnya, namanya Angelica Laurie Byrne “ jawab lelaki itu.
“baiklah, kalau begitu aku permisi sekarang. Dan kamu juga sebaiknya istirahat” kata perempuan itu.
“iya, terima kasih dok..” jawab lelaki itu.

Oh, ternyata perempuan itu dokter. Jadi sekarang aku dirumah sakit, kataku dalam hati. Tak lama dari itu, tiba – tiba  aku merasa tenggorokanku sangat kering. Rasanya sangat haus. Tak sengaja aku mengerang “ma.....”
“kamu sudah sadar..??”kudengar lelaki itu berbicara lagi.

Lalu pelan – pelan aku berusaha membukakan mataku. Cahaya lampu yang terang diatas ku membuatku silau. Kulihat langit - langit dan dinding yang berwarna putih. Dan lelaki yang menolongku tadi duduk disamping ku.
Dia langsung memberi ku air minum.
“sebaiknya kamu minum dulu..” katanya
Aku pun menurutinya “aku kenapa??” tanyaku
“aku mau pulang..” kataku lagi  sambil berusaha untuk duduk, namun sakit rasanya saat aku bergerak. “aduhh...” keluhku.
“sebaiknya kamu jangan banyak bergerak dulu, luka di pinggangmu baru selesai diobati. Lagipula kondisi kamu sangat lemah..” katanya.

Ku urungkan niatku untuk duduk, aku langsung kembali berbaring. Aku menarik nafas panjang sambil kembali berusaha mengingat apa yang terjadi dengan ku hari ini. Aku mulai ingat,  dan langsung gemetar saat mengingatnya lagi. Sungguh tak seberuntung yang kuharapkan, hal-hal yang tak pernah terbayangkan terjadi padaku. Sungguh aku membenci hari ini.
“hey.. kamu kenapa??” lelaki itu membuyarkan lamunanku
“aku gak papa.. makasih kamu sudah menolongku..” kataku dingin sambil memandangi tanganku yang sudah diinfus.
Ntah kenapa tiba – tiba aku malas berbicara dengan laki – laki, ada rasa sakit didalam hatiku sejak kejadian tadi sore. Sangat sakit rasanya.
“kamu Angelica Laurie Byrne??” tanyanya padaku sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman denganku. “aku Mark Feehily..” katanya
“iya, aku Angie..” sambil menoleh kearahnya dan bersalaman dengannya.
“maaf tadi aku membuka tas kamu untuk melihat identitasmu..” katanya
“gak papa..” jawabku pendek,
“Maaf kalau aku banyak bertanya, kamu tadi kenapa?? ” tanyanya.
“aku..aku diganggu oleh 2 orang lelaki.” Jawabku pelan..
“mereka menyerangmu..?? ”tanyanya lagi
“mereka mengajakku, dan menginginkan uangku.. tapi aku menolak, aku tidak ingin pergi bersama mereka, mereka seperti orang mabuk.” jawabku.
“lalu bagaimana bisa, kau terluka??’tanyanya lagi.
“ntahlah, saat mereka merangkulku dan aku memberontak ingin melepaskan diri tiba-tiba aku melihat pisau yang mereka pegang sudah berdarah. Aku baru sadar kalau pisau itu telah melukaiku” jelasku
“memang akhir-akhir ini, disini  tidak aman..” katanya
“iya, aku sudah diperingatkan oleh sopir taksi yang ku tumpangi tadi. Tapi karena aku ingin  mengejar kereta terakhir malam ini, akhirnya aku nekat untuk jalan kaki..” jelasku
“kamu tadi naik taksi?? kamu mau kemana?” tnyanya lagi.
“iya, aku naik taksi, tapi mogok ditengah jalan. Aku akan ke stasiun untuk pulang ke Dublin, kereta terakhir ada jam 9 malam ini.  Tapi sekarang sepertinya sudah terlambat. “ kataku sambil memandangi jam dinding yang ada didepanku, kulihat sudah menunjukkan jam 2 dinihari.
“kalau kamu mau, besok kamu bisa pulang denganku. Kebetulan besok siang aku akan pulang ke Dublin juga.” Ajaknya padaku
“gak usah makasih, aku bisa koq pulang sendiri. Makasih kamu sudah menolongku..” kataku
“iya, sama-sama. Tapi sebaiknya kamu fikirin lagi tawaran aku tadi“ katanya
“terserah kamu “ kataku sambil kupejamkan mataku.

Rasanya memang tak adil aku bersikap seperti itu kepada Mark karena sebenarnya dia tidak salah. Tapi aku bersikap dingin bahkan cenderung kasar, aku masih sakit hati kalau mengingat kejadian hari ini yang semuanya disebabkan oleh laki - laki.
Saat itu aku benar-benar tertidur, dan  terbangun kembali. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Lalu aku melihat kearah Mark yang duduk didekatku dia sudah tertidur. Kupandangi wajahnya sejenak, aku rasa dia orang baik. Dan ternyata lucu juga kalau melihat dia tertidur. Aku sedikit tersenyum, sebelum akhirnya ku putuskan lagi untuk tidur lagi.

                                                                             ******

Pagi itu aku terbangun saat suster membuka gorden kamarku. Sinar matahari yang masuk melalui kaca jendela terasa hangat dikulitku. Kulihat Mark yang semalam duduk disampingku sudah tidak ada.
"selamat pagi  Angie..." sapa suster itu padaku.
"pagii..." jawabku tersenyum.
"bagaimana keadaanmu hari ini..??"tnyanya.
"sudah membaik sepertinya. Hanya sedikit nyeri dipinggangku.." jawabku,
"iya, lukanya belum kering, jadi masih agak sakit. Nanti kalo dokter Alice sudah datang perbannya akan diganti" katanya.

Aku mengangguk sambil mndengar penjelasan suster itu. Saat menoleh kesebelah kanan memandangi tanganku. Baru kusadari ada darah yang mengalir diselang itu. Diatas tergantung kantung darah.
"suster, aku kenapa?? Kekurangan darahkah??" tanyaku.
"luka yang kamu derita,  mengakibatkan kamu kehilangan banyak darah. Telah terjadi infeksi akibat luka itu dan karena terlalu lama kamu mendapat pertolongan. Sehingga darahnya terus mengalir.." jelas suster itu.
"ooh, iya. Siapa yang sudah mendonorkan darahnya untukku??" tanya ku lagi.
"awalnya kami mengira persediaan darah B masih ada, ternyata kosong. Beruntung orang yang mengantar kamu kesini memiliki darah B juga, jadi dia yang mendonorkan darahnya untukmu"jelasnya lagi.

Mark?? Fikirku dalam hati. Ternyata dia banyak membantuku. Tapi tadi malam aku bersikap dingin dan kasar dengannya. Rasa bersalah menghantuiku karena sikap ku padanya.
Saat aku sedang terdiam, Mark datang..
"kamu sudah bangun??" tnyanya padaku.
"iya,.." sambil menoleh ke arah nya.

Dan suster yang tadi ada dikamarku keluar.
"maaf aku tadi keluar sebentar" katanya.
"gak apa-apa."jawabku..
Dan kami sama-sama terdiam. Kulihat ditangan Mark sebelah kanan memang ada perban dan plester yang menempel.
"eehh.. Aku...."tiba - tiba kami ingin memulai pembicaraan secara bersamaan. Dan kembali diam.
"kamu yang duluan bicara" katanya.
"gak, kamu yg duluan" jawabku.
"kamu yang duluan,.." katanya lagi.
"yaa.. Aku mau berterimakasih sama kamu, Mark. Karena kamu sudah membantuku. Apalagi kamu sudah mendonorkan darahmu untukku. Maaf  aku sudah merepotkanmu"kataku
"iya, sama-sama. Tapi kamu tidak merepotkanku.." katanya sambil tersenyum..

Setelah itu, dokter datang memeriksa keadaanku. Mark memperhatikanku saat aku sedang diperiksa.
"keadaanmu sudah membaik, darah dikantungnya juga hampir habis.. "
"aku mau pulang dokter,.." kataku
"kamu butuh banyak istirahat, kondisi kamu masih lemah. Sebaiknya tetaplah disini. " katanya.
"ayolah dokter, pleasee. Aku mau pulang. " kataku
Aku bingung bagaimana caranya agar aku pulang. Tak sengaja aku beradu pandang dengan Mark. Dengan muka memelas aku memohon kepada Mark untuk membantuku membujuk dokter.
"dokter, aku bisa menjamin dia akan baik - baik saja. Dia akan pulang bersama ku sampai ke Dublin.." kata Mark.
Sesaat dokter terdiam,.
"iya dokter, aku pulang bersama Mark. Aku akan berobat lagi, sesampainya di Dublin. " kataku.
"yaa, baiklah. Tapi kamu harus kembali berobat sesampai di Dublin, akan ku berikan surat rujukannya. Dan sebaiknya kamu jangan terlalu capek, karena kondisi kamu masih lemah.." kata dokter itu.
"baiklah dokter.." jawabku.
Mark pun mengangguk ,dengan pelan ku katakan "thanks" sambil tersenyum padanya..

Lalu dokter itu mengganti perban dan memberinya obat. Dan berbarengan dengan itu suster yang tadi menemaniku datang membawakan sarapan.
"sebaiknya kamu sarapan Angie, supaya keadaanmu cepat membaik.." kata dokter itu.
"iya dok.. Makasih.."Jawabku,
"oh iya, kalau selesai makan obatnya diminum yaa. Dan kalau kamu memang ingin pulang hari ini kamu harus habiskan darah dan infus yang masih ada..” katanya
“ya, dok.. ‘ jawabku.
Lalu dokter dan suster tadi keluar. Sekarang hanya ada aku dan Mark diruangan itu.
“kamu harus sarapan yaa..?? supaya cepat pulih..” katanya

Aku mengangguk pelan. Lalu Mark menyuapi ku makan. Saat itu aku dan Mark saling diam, tak satupun diantara kami yang saling berkata. Dan disaat aku sedang makan tiba- tiba aku tersedak..
“hukk..hukk..” aku batuk..
“kamu gak papa?? Ini minumnya..” katanya sambil memberikanku minum.
“aku gak papa.. makasih..” kataku
Lalu Mark mengambil tissue yang ada dimeja dekatku..
” maaf, ada sisa makanan “ katanya sambil mengelap sisa makanan yang ada di bibirku. Tak sengaja tangannya menyentuh bibirku. Aku jadi malu sendiri.
“iya, Mark makasihh.. “kataku.
Mark pun mengangguk sambil tersenyum.

Selesai makan aku langsung minum obat dan Mark pamit pergi sebentar. Pagi itu aku sudah sangat ingin pulang, aku takut kalau kakak ku akan mencariku. Memang kemarin aku sudah memberitahunya kalau kemungkinan aku akan pulang hari ini. Tapi dia belum tau kalau keadaanku seperti ini. Akhirnya ku ambil ponselku yang ada dialam tas, ternyata ponselnya Mati. Dan begitu dihidupkan lagi banyak pesan yang masuk dari Andy dan beberapa dari kakakku, lalu langsung kukirim pesan singkat untuk Kak Nicky. Ku beritahu bahwa aku akan pulang paling lambat sore ini. Dan tak lama ku kirim pesan singkat itu, sudah  dibalasnya. Dia mengizinkanku pulang sore ini.


My Love Story Part 1


Malam itu udara begitu dingin sehingga menusuk sampai ketulang, aku yang berjalan sendiri tak sanggup untuk menahan air mataku untuk turun dengan derasnya. Ingin rasanya aku berteriak sekuat mungkin, untuk meluapkan seluruh rasa yang ada saat ini. Sungguh aku kecewa, marah dan membenci keadaan ini, aku menyesal telah ada disini. Bagaimana tidak, aku datang kesini hanya untuk dia, dia yang telah ku anggap sebagai cinta pertama dan terakhirku telah mengkhianati kesetiaan ku selama ini. Tak pernahkah dia menghargai bagaimana aku berusaha untuk tetap mencintainya selama ini.. hancur rasanya aku.

Aku telah berusaha untuk memberikan yang terbaik kepadanya, di hari ulang tahunnya yang ke 23, aku datang kesini untuk memberikan surprise. Tapi begitu aku datang, aku melihat sebuah kenyataan yang tak ku bayangkan sebelumnya. Hari ini dengan mata kepalaku sendiri kulihat dia bermesraan dengan seorang wanita yang tak kukenali. Mereka berpelukan dan beberapa kali kulihat Andy, pacarku menciumnya. Aku melihatnya sendiri begitu sampai dirumah Andy. Lama ku pandangi sambil terdiam. Sebuah hadiah ulang tahun dan kue tart yang ku pegang, tak sengaja terlepas olehku..

“Braaakkkk....” aku terkejut sendiri mendengarnyaa. Kulihat Andy dan wanita itu langsung memandang kearah pintu.
“Angie...???” ku lihat Andy menyebut namaku dengan kaget.
“aku perlu bicara sama kamu sebentar..” kataku sambil tetap berdiri didepan pintu.
“itu siapa sayangg..” perempuan itu bertanya..
Apaa?? Sayangg?? Sakit hatiku mendengarnya. “aku pacarnyaa..” jawabku
“ohh, kamu mantan pacarnya, Kamu kan sudah putus sama Andy..” katanya sambil menggandeng tangan Andy
“kamu tunggu sebentar disini.. pleasee..” Andy memohon kepada perempuan itu.
“gak. Kamu mau kmana??” perempuan itu membentak..
Aku semakin sakit hati melihatnya..
“okee, aku Cuma mau bilang sama kamu” kataku sambil ku tunjuk perempuan itu.
“ kalo aku belum putus sama Andy. Ini buktinyaa,”sambil tunjukkan cincin yang ada dijari manisku.
Kulihat Andy, tertunduk diam..
“tapi sekarang gak usah khawatir, karna aku akan membatalkan pertunangan yang pernah terjadi.." lalu ku berikan cincin tunangan itu kepada Andy.. 
Kulihat perempuan itu langsung terdiam dan pergi keluar saat aku memberikan cincin itu kepada Andy.
"kamu harus dengar dulu penjelasan dari aku.."Andy memohon padaku.
"aku gak butuh penjelasan dari kamu sedikit pun, aku benci kamu.." kataku
"Angie, pleasee.. " katanya masih memohon.
"aku sudah liat semuanya, gak usah lagi dijelasin aku udah ngerti. Kita putus ! Kamu jangan ganggu aku lagi"teriak ku

Lalu aku bergegas pergi.
"bagaimana dengan keluarga kita. Mama, papa aku" katanya
Langkahku terhenti sejenak.
"aku akan bilang semua ini ke orang tua ku,.." kataku sambil beranjak pergi..
Saat itu aku berlari sekuat mungkin sambil menangis. Ku lihat Andy mengejarku namun tak kuhiraukan dia. Andy tetap berusaha untuk membuat ku tidak pergi, namun aku bersikeras untuk pergi.
*******
Sekarang ku lihat dia tak mengejarku lagi. Aku langsung nenumpangi taksi yang kebetulan lewat. Saat ditaksi itu ku lihat jam tangan ku sudah menunjukkan pukul 8 malam. Aku teringat, kalau aku harus pulang malam ini, karena aku tak tau harus menginap dimana. Aku harus ke stasiun sebelum kereta terakhir berangkat. Namun ternyata sial, tiba - tiba taksi yang ku tumpangi itu mogok.
"kenapa pak??" tanyaku
“Ada masalah dengan mesinnya .." katanya
"memperbaikinya lama gak pak" tanyaku lagi.
"kemungkinan lama, soalnya saya mau lagi minta bantuan dengan teman saya. Dia akan datang sekitar 30 menit lagi" jelasnya padaku.
"apaaa??? " kataku keheranan.
"iya, kamu tunggu saja di dalam. Sepertinya akan turun hujan" kata supir itu.
"kalo dari sini ke stasiun terdekat berapa lama waktunya, jauh gak??" tanyaku. Ku putuskan untuk berjalan kaki untuk sampai ke stasiun.
"sekitar 10 menit kalo jalan kaki, tapi sebaiknya jangan soalnya ini sudah malam" jawab supir itu.
"aku harus segera kestasiun, sebelum kereta terakhir berangkat. Makasih pak, sudah antar saya" kataku sambil ku berikan beberapa puluh ribu uang, dan aku pergi.

Aku berjalan cepat, untuk sampai di Stasiun terdekat. Jalanan  terlihat sepi, kulirik jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8:30 berarti aku punya waktu 30 menit sebelum kereta terakhir berangkat. Hari sudah mulai gerimis dan udara malam itu yang terlalu dingin rasanya membuat  nafasku sesak, tapi aku tetap berusaha untuk kuat. Kucari jaketku didalam tas, siaal ternyata tertinggal di rumah Andy.
Setelah agak jauh berjalan kulihat ada 2 orang laki - laki di belakangku. Rasanya sedikit lega, karena aku tidak sendiri, sepertinya mereka sudah mendekat kearahku. Namun aku tetap berjalan cepat untuk segera sampai ke stasiun lagi pula rintik hujan belum juga reda. Dan tiba - tiba secara tak terduga seseorang memegang bahu kananku.
"kamu sendirian??" tnya seorang lelaki.
Langsung saja aku menoleh kearahnya. Kulihat tingkah laku mereka seperti orang mabuk, mereka berjalan sempoyangan.
"ehh, iya.." jawabku.
"mau kemana??" tnya lelaki yang satunya lagi.
"akuu, mauu...." belum selesai aku menjawab, lelaki itu menatapku sambil berkata "sebaiknya kamu ikut kami saja malam ini. "
"ohh, gak usah makasih aku sebentar lagi sampai koq" kataku.
Rasanya aku semakin takut. Apalagi mereka berdua selalu menatapku liar. Lalu aku bergegas untuk menjauh dari mereka berdua.
"maaf aku duluan.." kataku..
Aku berjalan lebih cepat, namun saat aku berjalan tiba- tiba tas selempangan yang kupakai ditarik oleh seseorang.
"kalau begitu berikan tasmu padaku.." kata seorang lelaki.
"jangan, aku gak punya apa -apa." langsung kutarik tasku dan ku pegang lebih erat.
Aku terus berjalan dengan cepat, namun saat aku berjalan tiba – tiba seorang lelaki diantara mereka menarik tanganku.
“ikut kami dan berikan uangmu ..” katanya.
seketika aku gemetar ketakutan, “tidakk...” jawabku.
Aku memegang erat tasku..
“kamu yakin tidak..” tanya lelaki yang satunya sambil mendekat kearahku dan tiba – tiba mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya. Di ayunkannya kearah arahku..
“jangan sakiti aku..” jawabku semakin gemetar, keringatku mulai bercucuran karena aku ketakutan.
“ayolah, ikut dengan kami. Kita akan bersenang – senang malam ini “ kata lelaki yang menarik tanganku tadi.
Aku menggeleng “tidakk...” jawabku lagi.

Mereka memandangiku dalam. Aku terdiam membeku dihadapan mereka. tapi fikiranku berputar, mencari cara bagaimana aku bisa lari dari dua lelaki ini. Lalu terfikir suatu cara dibenakku. Kuinjak kan kaki lelaki yang memegang tanganku tadi dengan keras. Tanganku terlepas olehnya, aku pun berteriakk “tolooongg..”
Aku berlari ketengah jalan raya. Namun belum sempat aku jauh, lelaki yang memegang pisau tadi mencengkram bahuku, langkahku terhenti.
“kau keras kepala yaa..” kata lelaki yang memegang pisau tadi.
Didekatinya aku, dibelainya wajahku, aku membuang muka dari tatapan nya.
“kau ingin pisau ini melukaimu??”tanyanya.
Aku menggeleng, “ambil lah uangku, tapi jangan sentuh aku..” jawabku
“aku sekarang sudah sangat menginginkanmu,..”kata lelaki itu sambil tersenyum.
Lelaki yang ku injak kakinya tadi merangkulku.
“ayolah, hanya malam ini saja..” katanya
“lepasss.. tolongg..!!!! “teriaakku. Namun karena jalanan yang sepi tak seorangpun mendengarkanku.
Aku terus memberontak, aku berusaha melepaskan rangkulan tangan lelaki itu dari tubuhku..
“lepass..” teriakku lagi

Namun saat aku berteriak dan memberontak, tiba – tiba aku merasakan sesuatu menusuk dipinggangku. Kulihat ekspresi dari lelaki yang memegang pisau tadi berubah. Pisau yang dipegangnya tadi sudah berlumuran darah. Lelaki yang merangkulku tadi langsung melepaskanku. Aku menuduk melihat diriku sendiri. Bercak darah keluar dari pakaianku. Kupegangi pinggangku, bajuku sudah basah. Bau darah langsung menusuk hidungku. Ya tuhan, pisau itu melukaiku..
Lalu kupandangi kedua laki – laki itu, mereka langsung berlari meninggalkanku. Tubuhku semakin lemah, kepalaku mulai pusing. Mataku berkunang – kunang. Namun aku berusaha untuk kuat. Aku harus segera sampai kestasiun, aku harus pulang, fikirku.
          Saat berusaha untuk menyeimbangkan tubuhku, agar aku bisa kuat. Namun sangat sulit rasanya. Tiba – tiba dari depanku, sebuah mobil melaju dengan kencang. Aku terkejut dan terdiam kaku ditengah jalan. Mobil itu berdencit mengerem mendadak. Hanya berjarak beberapa centimeter dari kakiku..